PERANAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MUTU KINERJA GURU

Oleh :

EEM EMALIA, S.Pd.
(Guru SD Negeri 4 Mangunjaya Kecamatan Mangunjaya Pangandaran)
 
 

BAB I
PENDAHULUAN
          Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan SDM yang akan menopang gerak pembangunan. Pendidikan sebagai investasi yang akan menghasilkan manusia-manusia yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu bangsa. Manfaat (benefit) individu, social atau institusional akan diperoleh secara bervariasi. Akan tetapi, manfaat individual tidak akan diperoleh secara cepat (quick yielding), tetapi perlu waktu yang cukup lama, bahkan bisa satu generasi. Membincangkan pendidikan berarti berbicara kebutuhan primer manusia. Kedua, pendidikan juga merupakan wahana strategis bagi upaya perbaikan mutu kehidupan manusia, yang ditandai dengan meningkatnya level kesejahteraan, menurunnya derajat kemiskinan dan terbukanya berbagai alternatif opsi dan peluang mengaktualisasikan diri dimasa depan.  Dalam tataran  nilai, pendidikan mempunyai peran vital sebagai pendorong individu dan warga masyarakat untuk meraih progresivitas pada semua lini kehidupan. Di samping itu, pendidikan dapat menjadi determinan penting bagi proses transformasi personal maupun sosial. Dan sesungguhnya inilah idealisme pendidikan yang mensyaratkan adanya pemberdayaan.
        Namun dalam tataran ideal, pergeseran paradigma yang awalnya memandang lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial, kini dipandang sebagai suatu lahan bisnis basah yang mengindikasikan perlunya perubahan pengelolaan. Perubahan pengelolaan tersebut harus seirama dengan tuntutan zaman. Maka merupakan hal yang logis ketika pengelola pendidikan mengambil langkah antisipatif untuk mempersiapkan diri bertahan pada zamannya. Mempertahankan diri dengan tetap mengacu pada pembenahan total mutu pendidikan berkaitan erat dengan administrasi pendidikan adalah sebuah keniscayaan.
A. RUMUSAN MASALAH
Untuk menghindari ketidak jelasan pembahasan dalam makalah ini akan dibatasi pembahasannya meliputi:
1.      Definisi administrasi pendidikan.
2.      Manfaat administrasi pendidikan
3.      Ruang lingkup administrasi sekolah
4.      Peranan administrasi pendidikan dalam peningkatan mutu kinerja guru.
B. TUJUAN
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1.      Memahami adinistrsi sekolah
2.      Mengetahui dan memahami manfaat administrasi pendidikan
3.      Mengetahui ruang lingkup administdrasi pendidikan
4.      Memahami bagaimana peranan administrasi pendidikan dalam meningkatkan kinerja guru.


C. MANFAAT
Manfaat secara umum adalah memahami tentang administrasi pendidikan dan pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja guru. Secara khusus manfaat yang ingin dicapai adalah:
1.      Bagi guru
Guru memahami dan tahu apa dan bagaimana pengelolaan administrasi pendidikan sehingga mampu meningkatkan kinerja guru itu sendiri
2.      Bagi sekolah
Memiliki guru yang paham tentang administrasi pendidikan yang akan menunjang pada peningkatan kinerja guru dan mutu pendidikan.
3.      Bagi peserta didik
Dengan administrasi yang baik dan guru yang lebih bermutu sehingga proses pembelajaran pun akan lebih terarah dan lebih bai yang selanjutnya meningkatnya motivasi belajar peserta didik. 


BAB II
METODE

A.       Pendekatan dan Metode Penelitian
Berdasarkan fokus masalah, data maka pendekatan yang tepat untuk penelitian ini adalah study deskriftif analitis yang merupakan bagian dari metode penelitian kualitatif. Pilihan pendekatan tersebut didasarkan pula atas alasan bahwa penelitian bermaksud mendeskripsikan tentang peranan administrasi pendidikan dalam peningkatan mutu kinerja guru yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan mengingat sifat data dan fokus penelitian ini maka digunakan desain penelitian kualitatif.
Perencanaan penelitian kualitatif menurut Guba (1984) adalah:
Skema atau program penelitian yang berisi out line tentang apa yang harus dilakukan si peneliti, mulai dari pertanyaan dalam mengeksplorasi data sampai pada analisis data finalnya, sedangkan strukturnya lebih spesifik, yang memuat skema, paradigma-paradigma variabel operasional, dan melihat keterkaitan beberapa domain sehingga membangun suatu skema struktural sebagai tujuan penelitian. Dalam memperoleh data dilakukan eksplorasi, yaitu menelusuri secara cermat berbagai dokumen yang terkait dengan fokus penelitian, wawancara yang bersifat luas dan mendalam, dan pengamatan mengenai pengembangan manajemen strategi pemberdayaan Pengawas Sekolah dalam Peningkatan Mutu kinerja guru dan Penuntasan Wajar Dikdas

Untuk menarik kesimpulan dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis SWOT secara cermat dan akurat dengan mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan atau hambatan. Kekuatan adalah kemampuan internal sebuah organisasi yang memajukan tujuan organisasi dalam sebuah industri yang bersaing. Kelemahan adalah kebalikannya; mereka membatasi penyelesaian tujuan organisasi. Peluang adalah keadaan, kejadian atau situasi eksternal yang menawarkan perubahan organisasi untuk mencapai atau melampaui tujuannya. Tantangan atau hambatan adalah situasi eksternal yang mungkin secara potensial menciptakan masalah, kerusakan organisasi, atau membahayakan kemampuan untuk mencapai tujuannya.
Bagi para pengambil keputusan dalam organisasi, analisis SWOT menyediakan informasi yang dapat menyiapkan dasar pengambilan keputusan dan tindakan yang apabila diterapkan secara efektif akan memungkinkan perusahaan mencapai tujuannya. Analisis SWOT memungkinkan sebuah organisasi mengeksploitasi peluang-peluang masa depan ketika melawan tantangan dan persoalan-persoalan, dan juga melakukan penemuan strategik, secara konseptual menjadi analisis SWOT karena ia memberi kesan sebuah perubahan lainnya di dalam misi, tujuan, kebijakan dan strategi organisasi.

B.        Lokasi dan Subjek Penelitian/Informan
Lokasi penelitian pada penulisan makalah  ini SD Negeri 4 Mangunjaya UPTD Dikbudpora Kecamatan Mangunjaya
Subjek penelitian/informan dalam penelitian ini yaitu 9 orang guru, 1 kepala sekolah

C.       Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) wawancara; (2) observasi, dan (3) studi dokumentasi. Studi dokumentasi digunakan untuk menjaring data di dalam dokumen-dokumen tertulis yang menunjukkan adanya hubungan dengan  masalah tentang peranan administrasi pendidikan dalam peningkatan mutu kinerja guru
Observasi, digunakan selama penelitian berlangsung untuk mencermati beragam fenomena sejak tahap studi orientasi suasana lingkungan penelitian, implementasi, sampai evaluasi hasil.
Teknik wawancara digunakan untuk mewawancarai sejumlah key informant yang dianggap sebagal tokoh kunci dalam penelitian, Para pemimpin/kepala dinas sampai kepala sekolah dan guru mereka ini dipandang secara langsung maupun tidak langsung ada kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan guru di lembaga pendidikan di sekolah maupun di dinas pendidikan, sehingga layak menjadi key informant.
Penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistik kualitatif. Pendekatan ini menurut penulis dianggap sesuai, mengingat beberapa pertimbangan seperti dikemukakan oleh Supriadi (1998: 32-33), yaitu:
(1) Peneliti berusaha memahami dunia subyek penelitian berdasarkan perspektif peneliti, sebagai orang luas; (2) Bangunan paradigma ilmu pendidikan di Indonesia belum mantap dan dasar kesejahteraannya belum kokoh; (3) Lebih memperkaya wawasan dan pemahaman secara mendalam tentang relung-relung dunia pendidikan; (4) Pemahaman tentang realitas sosial psikologis pendidikan yang dihampiri secara alamiah, apa adanya, induktif, grounded, sangat dibutuhkan untuk menyiasati berbagai masalah pendidikan; (5) Diharapkan mampu menawarkan alternatif-alternatif permasalahan yang lebih membumi dan mendasar; (6) Secara komplementer, hasil penelitian kualitatif yang dilakukan dengan benar dan tepat dapat memberikan penjelasan mendalam terhadap hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari penelitin yang diperoleh dari penelitian yang menggunakan teknik survey kuantitatif yang mengandalkan generalisasi (dalam ruang dan waktu).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan manusia sebagai instrumen utama yaitu peneliti sendiri. Instrumen manusia dalam penelitian kualitatif dipandang lebih cermat dengan ciri-ciri sebagai berikut:
(1) manusia sebagal alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bermakna bagi penulis; (2) manusia sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; (3) tiap situasi merupakan suatu keseluruhan; (4) suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata; (5) peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh; (6) hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan; dan (7) manusia sebagai instrumen, respons yang aneh, menyimpang justru diberi perhatian (Nasution, 1992; 55-56).

Dalam penelitian ini penulis berperan sebagai instrumen utama dalam menjaring data dan informasi dengan menggunakan teknik observasi, studi dokumentasi, dan wawancara. Selain itu, penulis menggunakan pula format-format dan pedoman pengumpulan data tentang profil pendidikan yang diadaptasi dari Makmun, A.Sy. (1998). Khusus untuk pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian pengembangan model strategi pengembangan SDM, digunakan observasi partisipan, dan wawancara tidak terstruktur. Observasi partisipan dilakukan terutama pada saat studi pendahuluan (eksplorasi) dan selama proses uji coba pengembangan model strategi manajemen berlangsung, yang diobservasi adalah mekanisme kerja yang telah ditetapkan dalam prosedur sistem implementasi. Untuk memperoleh data etik dilakukan wawancara tidak terstruktur tetapi mendalam yang dilakukan pada sumber data, yaitu para pelaksana yang terlibat langsung dalam kebijakan dinas pendidikan yaitu para pejabat struktural di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun di Dinas Pendidikan Propinsi.

D.       Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan upaya mencari dan menata secara sistematik transkrip/catatan hasil observasi, wawancara, dan bahan-bahan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain (Bodgan & Biklen, 1982, Mujahir, 1992:183). Proses analisis dan penafsiran data merupakan kegiatan yang terjalin secara terpadu, sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (1990; 1998) bahwa analisis data telah dimulai sejak di lapangan. Pada saat itu sudah ada penghalusan kategori dengan kawasannya, dan sudah ada upaya dalam rangka penyusunan hipotesis, yaitu teorinya sendiri. Analisis data itu terintegrasi secara terpadu dengan penafsiran data.
Miles dan Hubermen (1992:137-138) mengemukakan: “Salah satu kata kunci dalam analisis data kualitatif adalah penyajian, yaitu suatu format ruang yang menyajikan informasi secara sistematik pada penggunaannya. Format tersebut dapat berwujud teks naratif, tabel ringkasan (matrik, bagan, daftar cek) atau gambar”.
Sejalan dengan itu, Nasution (1988) menyatakan bahwa: “analisis data kualitatif adalah proses menyusun data (menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori) agar dapat ditafsirkan”. Oleh karena data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bervariasi tergantung pada fokus permasalahan, kemungkinan peneliti mencari sendiri jenis analisis data yang cocok dengan sifat penelitian yang dilakukan, termasuk kategori sebagai penelitian kualitatif, maka data dan informasi yang telah dikumpulkan, diolah dan disajikan secara induktif dengan penafsiran secara deskriptif dan dianalisis lebih lanjut.
Setelah data seluruhnya terkumpul dan dipandang wajar, selanjutnya dilakukan persiapan analisis mengacu pada model analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1994) “menyajikan sebuah model interaktif siklus analisis data kualitatif yang terdiri atas empat langkah, yaitu: data verifying, dengan siklus data collection, data reduction, data display, dan conclution berbentuk gambar maupun verifikasi”.
Siklus analisis data seperti dikemukakan di atas menjelaskan bahwa setelah data terkumpul, selanjutnya data disajikan dan direduksi, kemudian disimpulkan dan/atau diverifikasi. Mengacu pada model analisis data kualitatif tersebut, maka langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.         Setelah data terkumpul, penulis mengadakan reduksi data dengan jalan merangkum laporan lapangan, mencatat hal-hal pokok yang relevan dengan fokus penelitian;
2.         Menyusun secara sistematik berdasarkan kategori dan klasifikasi tertentu;
3.         Membuat display data dalam bentuk tabel ataupun gambar sehingga hubungan antara data yang satu dengan lainnya menjadi jelas dan utuh (tidak terlepas-lepas);
4.         Mengadakan cross site analysis dengan cara membandingkan dan menganalisis data secara mendalam;
5.         Menyajikan temuan, menarik kesimpulan dalam bentuk kecenderungan umum dan implikasi penerapannya, dan rekomendasi bagi pengembangan.
Upaya-upaya yang dilakukan di atas cukup efektif bagi peneliti untuk mempertajam perumusan masalah penelitian, menyusun kerangka teoretik, membina komunikasi dengan mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyusun laporan penelitian. Dengan demikian, tingkat akurasi dan kredibilitas penelitian ini sudah memenuhi prosedur dan persyaratan ilmiah sebagai suatu penelitian.


BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

A.    Administrasi pendidikan.
Dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jelas disebutkan pada Bab XI pasal 39 ayat (1) menyatakan tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Pengertian administrasi pendidikan dapat ditinjau dari berbagai aspek, dijelaskan oleh Soetjipto dan Kosasi (2007:119) dan diuraikan menurut pemahaman penulis sebagai berikut:
Administrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerja sama dengan pendidikan, terdapat tujuan sekolah. Untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah itu diperlukan kerja sama di antara semua personel sekolah (guru, murid, kepala sekolah, staf tata usaha) dan orang di luar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah (orang tua, dokter puskesmas, Dinas Pendidikan, masyarakat yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan). Kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan dengan berbagai aspek ini dapat dipandang sebagai administrasi pendidikan.
Administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, pemantauan dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan. Pengorganisasian adalah kegiatan membagi tugas-tugas kepada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan.
Administrasi pengertian sehari-hari sering disamakan dengan tata usaha, yaitu berupa kegiatan mencatat, mengumpulkan dan menyimpan suatu kegiatan atau hasil kegiatan untuk membantu pimpinan dalam mengambil keputusan.
Penjelasan di atas adalah definisi administrasi dalam arti sempit yang masih banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu contoh, sebuah koran/majalah/tabloid membubuhkan alamatnya dengan “Kantor redaksi Administrasi”. Yang dimaksud oleh lembaga pers di atas tidak lain adalah tata usaha. Definisi administrasi terkadang dipersempit lagi dan disamakan dengan keuangan. Misalnya seorang pegawai kantor berucap “bereskan dulu urusan administrasimu” yang dimaksud dengan administrasi oleh si pegawai adalah keuangan
Atmodiwirio (300:23) mendefinisikan “administrasi pendidikan ialah koordinasi kegiatan alat untuk mencapai tujuan dan kegiatan yang menyertakan banyak orang.” Dari definisi ini dapat dilihat bahwa administrasi merupakan satu proses yang mengkoordinasikan, menyertakan banyak orang dan menggunakan sumber alat. Proses yang berkaitan dengan fungsi pembuat keputusan, perencanaan, kepemimpinan, pengkoordinasian dan pengendalian.
Berdasarkan paparan di atas penulis simpulkan bahwa administrasi pendidikan adalah segala rencana, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian untuk mencapai tujuan pendidikan.
B.     Manfaat administrasi pendidikan
   Administrasi pendidikan merupakan aspek yang penting dalam pendidikan. Administrasi pendidikan merupakan keseluruhan proses yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan-pekerjaan personil sekolah untuk mendidik peserta didik. Jadi administrasi ini ditujukan kepada pendidikan peserta didik secara tidak langsung. Selain memiliki tujuan, administrasi pendidikan juga mempunyai beberapa fungsi, yakni administrasi pendidikan memiliki fungsi sebagai (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) penyusunan, (4) pengarahan, (5) pengkoordinasian, (6) pelaporan, (7) penganggaran, (8) pergerakan, (9) pengawasan, dan (10) penilaian. Sehingga mampu mengetahui permasalahan dalam rangka percepatan penuntasan wajar 12 tahun,  menyusun rencana dan merumuskan tujuan, mengidentifikasi kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dalam perencanaan, yang bisa dipakai sebagai acuan dalam penetapan anggaran pendidikan, sebagai alat pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan khususnya dalam percepatan Wajar 12 tahun.



C.    Ruang lingkup administrasi pendidikan
       Ruang lingkup administrasi pendidikan secara makro meliputi tujuh bidang garapan. Ketujuh bidang garapan tersebut garis besarnya adalah sebagai berikut:
1.   Bidang Administrasi Kurikulum (Pengajaran)
2    Bidang Administrasi Kesiswaan (Murid)
3.   Bidang Administrasi Personal Sekolah
4.   Bidang Administrasi Keuangan Sekolah
5.   Bidang Administrasi Material (Perbekalan)
6.    Bidang Administrasi Gedung Sekolah, dan
7.   Hubungan Sekolah dan Masyarakat.

D.    Peranan administrasi pendidikan dalam peningkatan mutu kinerja guru.
      Tugas utama guru yaitu mengelola proses belajar-mengajar dalam suatu lingkungan tertentu, yaitu sekolah. Sekolah merupakan subsistem pendidikan nasional dan di samping sekolah, sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai komponen-komponen lainnya. Guru harus memahami apa yang terjadi di lingkungan kerjanya.
Di sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah, sekolah melaksanakan kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta mutunya telah ditetapkan. Dalam lingkup administrasi sekolah itu peranan guru amat penting.
Dalam menetapkan kebijaksanaan dan melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan dan penilaian kegiatan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, personalia sekolah, keuangan dan hubungan sekolah-masyarakat, guru harus aktif memberikan sumbangan, baik pikiran maupun tenaganya. Berikut ini ada beberapa peranan guru
Guru sebagai seorang administrator, berarti tugas guru ialah merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengawasi dan mengevaluasi program kegiatan dalam jangka pendek, menengah atau pun jangka panjang yang menjadi prioritas tujuan sekolah. Untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan utama sekolah, maka tugas perancang yaitu; menyusun kegiatan akademik (kurikulum dan pembelajaran), menyusun kegiatan kesiswaan, menyusun kebutuhan sarana-prasarana dan mengestimasi sumber-sumber pembiayaan operasional sekolah, serta menjalin hubungan dengan orang tua, masyarakat, stakeholders dan instansi terkait. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru, yaitu mengerti dan memahami visi-misi dan tujuan lembaga sekolah atau madrasah. Guru dapat menjabarkannya ke dalam sebuah isi (content) kurikulum dan pembelajaran (learning), kegiatan kesiswaan, penciptaan kultur/budaya sekolah, serta membangun penguatan kelembagaan yang sehat dan berkualitas, mampu menganalisis data-data yang terkait masalah perubahan kurikulum, perkembangan peserta didik, kebutuhan sumber belajar dan pembelajaran, strategi pembelajaran, perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta informasi, mampu menyusun prioritas program sekolah secara terukur dan sistematis, seperti proses rekrutmen siswa, masa orientasi siswa, proses pembelajaran, hingga proses evaluasi.
Guru juga dikatakan sebagai penggerak, yaitu mobilisator yang mendorong dan menggerakkan sistem organisasi sekolah. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual dan kepribadian yang kuat. Kemampuan intelektual, misalnya; punya jiwa visioner, jiwa kreator, jiwa peneliti, jiwa rasional/cerdik dan jiwa untuk maju. Sedangkan kepribadian seperti; wibawa, luwes, adil dan bijaksana, arif dan jujur, sikap objektif dalam mengambil keputusan, toleransi dan tanggung jawab, komitmen, disiplin, dan lain-lain.
Untuk mendorong dan menggerakkan sistem sekolah yang maju memang membutuhkan kemampuan brilian tersebut guna mengefektifkan kinerja sumber daya manusia secara maksimal dan berkelanjutan. Sebab jika pola ini dapat terbangun secara kolektif dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para guru, maka akan muncul perubahan besar dalam sistem manajemen sekolah yang efektif. Melalui cita-cita dan visi besar inilah guru sebagai agen penggerak diharapkan mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa memiliki serta rasa memajukan lembaga sekolahnya sebagai tenda besar dalam mendedikasikan hidup mereka. Sebagai penggerak, guru bukanlah penonton melainkan pemain utama. Dikatakan pemain utama karena profesi guru adalah pembaharu sekaligus kreator yang menciptakan perubahan dan kemajuan sekolah. Guru harus bermakna bagi murid dan warga sekolah. Untuk mendukung cita-cita reformasi birokrasi dan administrasi pendidikan, seorang guru harus siap menghadapi perubahan dan rela melakukan perubahan dalam pendidikan.
Menurut Suparno, ada beberapa cara bagaimana langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam menghadapi perubahan, yaitu :
Pertama, dari segi kognitif dan kesadaran. Guru perlu mengerti isi perubahan dan implementasinya. Mereka perlu menyadari bahwa perubahan itu perlu demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Untuk itu, sebelum mengadakan perubahan atau reformasi, guru perlu mengetahui informasi, berdiskusi, dan belajar bersama. Mereka perlu melibatkan diri dalam pembahasan, bukan hanya melaksanakan. Misalnya, sebelum kurikulum baru diberlakukan, guru-guru sudah harus mengetahui informasi, mempelajari dan terlatih, sehingga mereka mampu menguasai isi, cara, dan implementasi kurikulum. Dalam kerangka ini, perubahan kurikulum kiranya tidak boleh sesaat diumumkan lalu berlaku; lebih baik guru-guru disiapkan lebih dulu. Ada baiknya dibuat sekolah percobaan untuk nantinya dievaluasi apakah kurikulum baru sungguh memajukan.
Kedua, sikap moral untuk mau berubah. Sikap berani berubah demi kemajuan harus tertanam dan menjadi sikap guru. Hidup ini selalu berubah, keadaan berubah, maka perubahan tidak dapat ditolak bila kita ingin tetap hidup. Demikian juga pendidikan. Guru harus sadar akan hal ini. Salah satu cara melatih perubahan adalah dalam mengajar, tugas guru sering dirotasi, baik dalam hal kelas mengajar, tempat, maupun bahan. Dengan demikian, mereka biasa mengalami perubahan. Yang juga penting dalam hal ini adalah evaluasi kinerja guru. Bila mereka tidak mau berubah, lebih baik tidak dinaikkan jenjangnya atau tidak dikontrak lagi. Dalam hal ini kepala sekolah kadang lemah, tetap menilai guru baik meski sebenarnya tidak, karena tidak sampai hati menilai jelek temannya.
Ketiga, sikap profesional. Guru bukan tukang yang hanya menanti petunjuk, tetapi lebih sebagai seniman dan intelektual, yang harus aktif, pro-aktif, inisiatif, dan kritis. Guru perlu disadarkan bahwa mereka harus menjadi pembaharu dalam pendidikan. Yang juga penting dalam kerangka profesional adalah berusaha mencintai tugas sebagai guru. Dengan mengembangkan rasa cinta dan senang, guru akan dengan sendirinya terdorong memajukan tugasnya. Dia tidak hanya puas mendapatkan uang, tetapi juga menjadi senang karena dapat membantu generasi muda berkembang menjadi manusia utuh. Maka tugas guru sering disebut sebagai "panggilan" (jalan hidup yang dikehendaki Tuhan), yang mengembangkan baik anak didik maupun guru sendiri sebagai pribadi. Sikap profesional lain yang amat perlu adalah on going formation guru. Untuk berani berubah, guru perlu terus meningkatkan pendidikannya, perlu terus belajar, karena ilmu pengetahuan yang mereka ajarkan terus berkembang. Dengan terus belajar, guru sendiri berubah. Dengan demikian, guru diharapkan mau menjadi agen perubahan di sekolah. Di sini pemerintah dan yayasan, yang menjadi "atasan" guru, berkewajiban mendorong dan menyediakan fasilitas dan kesempatan untuk on going formation itu.
Keempat, kesejahteraan guru. Bila gaji guru tidak cukup untuk menghidupi keluarganya, mereka pasti akan cari sambilan. Mengharuskan mereka melakukan tugasnya yang begitu berat, kiranya tidak masuk akal dan tidak adil. Kini, terdengar pemerintah akan menaikkan gaji guru. Semoga bukan hanya menaikkan gaji sesaat, tetapi sungguh memikirkan kesejahteraan guru yang layak secara menyeluruh. Kita boleh sedikit lega, anggaran belanja negara dalam bidang pendidikan akan dinaikkan. Semoga kenaikan itu terutama digunakan untuk membantu kesejahteraan guru.
Kelima, pendidikan guru yang lebih terbuka. Pendidikan calon guru harus lebih terbuka dan memberi kebebasan calon guru untuk lebih aktif, kreatif, dan kritis terhadap seluruh proses pendidikan. Suasana meniru dan membebek pada cara dan model yang ada perlu dihilangkan dari pendidikan guru.
Keenam, pemberian kebebasan dan tanggung jawab. Institusi baik pemerintah maupun yayasan harus memberikan kebebasan guru untuk berinisiatif dalam melakukan tugasnya. Segala bentuk paksaan, penyeragaman, dan tekanan yang mematikan kreativitas guru perlu dihilangkan, apalagi menakuti guru dengan ancaman. Kepala sekolah pun harus memberi kebebasan guru untuk melakukan tugasnya.
Guru juga dikatakan sebagai evaluator, yaitu melakukan evaluasi/penilaian terhadap aktivitas yang telah dikerjakan dalam sistem sekolah. Peran ini penting, karena guru sebagai pelaku utamanya dalam menentukan pilihan-pilihan serta kebijakan yang relevan demi kebaikan sistem yang ada di sekolah, baik itu menyangkut kurikulum, pengajaran, sarana-prasarana, regulasi, sasaran dan tujuan, hingga masukan dari masyarakat luas.
Seorang guru harus terus menerus melakukan evaluasi baik ke dalam maupun ke luar sekolah, guna meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik. Evaluasi ke dalam (internal) ditujukan untuk melihat kembali tingkat keberhasilan dan kelemahan yang dihadapi sekolah. Sementara evaluasi ke luar (eksternal) ditujukan untuk melihat peluang dan tantangan yang dihadapi sekolah, misalnya menjaga kepercayaan masyarakat, memenuhi harapan para orang tua siswa, memenuhi kebutuhan stakeholders, memerhatikan dampak iptek dan informasi, dan, pengaruh dari lingkungan sosial.
Secara teoritik, penilaian atau evaluasi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang memiliki makna apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Dalam kegiatan proses pembelajaran, seorang guru pasti terlibat pada proses evaluasi (penilaian), karena penilaian merupakan proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik. Sebagai evaluator, guru harus mampu memberikan penilaian yang adil, bijaksana berdasarkan proses dan hasil pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar.
     Oleh karena itu, menurut Mulyasa, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Mengingat kompleksnya proses penilaian, guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai termasuk pengelolaan administrasi.


BAB IV
KESIMPULAN

Administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, pemantauan dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan. Pengorganisasian adalah kegiatan membagi tugas-tugas kepada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan.
   Administrasi pendidikan merupakan aspek yang penting dalam pendidikan. Administrasi pendidikan merupakan keseluruhan proses yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan-pekerjaan personil sekolah untuk mendidik peserta didik. Jadi administrasi ini ditujukan kepada pendidikan peserta didik secara tidak langsung. Selain memiliki tujuan, administrasi pendidikan juga mempunyai beberapa fungsi, yakni administrasi pendidikan memiliki fungsi sebagai (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) penyusunan, (4) pengarahan, (5) pengkoordinasian, (6) pelaporan, (7) penganggaran, (8) pergerakan, (9) pengawasan, dan (10) penilaian.
       Ruang lingkup administrasi pendidikan secara makro meliputi tujuh bidang garapan. Ketujuh bidang garapan tersebut garis besarnya adalah, Bidang Administrasi Kurikulum (Pengajaran),  Bidang Administrasi Kesiswaan (Murid), .   Bidang Administrasi Personal Sekolah,  Bidang Administrasi Keuangan Sekolah,  Bidang Administrasi Material (Perbekalan), Bidang Administrasi Gedung Sekolah, dan, Hubungan Sekolah dan Masyarakat.
Tugas utama guru yaitu mengelola proses belajar-mengajar dalam suatu lingkungan tertentu, yaitu sekolah. Sekolah merupakan subsistem pendidikan nasional dan di samping sekolah, sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai komponen-komponen lainnya. Guru harus memahami apa yang terjadi di lingkungan kerjanya.
Di sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah, sekolah melaksanakan kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta mutunya  telah ditetapkan. Dalam lingkup administrasi sekolah itu peranan  dan kinerja guru yang baik itu amat penting.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

KONSEP DASAR ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM MENGAKTUALISASIKAN PENDIDIKAN